Tanggal 31 Mei yang lalu ditetapkan sebagai hari tanpa rokok. Sehari saja kita terbebas dari asap beracun itu. Tahukah Anda bahwa rokok dapat disebut polusi? Tanpa disadari, kebiasaan sehari-hari kita pun ikut menyumbang polusi.
Sebagian dari kita senang menikmati sunrise atau sunset nun jauh di pegunungan atau pantai. Matahari tampak begitu indah dengan langit berwarna keemasan. Beda dengan langit kelabu yang kita temui sehari-hari. Apalagi, di kota besar, langit jarang terlihat biru, seperti torehan gambar kita di masa kecil.
Kabut yang naik di pagi hari bukanlah embun yang menyirami alam. Namun, merupakan asap dari polusi udara di sekitarnya. Bahkan kerlap-kerlip bintang di langit malam semakin redup. Inilah satu akibat polusi yang dapat kita lihat.
Sebagian besar polusi “disumbang” oleh freon, timbal, karbon monoksida, dan merkuri. Waduh, benda apa itu? Mungkin kita mengernyitkan kening karena merasa tidak akrab dengan zat-zat tersebut.
Padahal, tanpa disadari mereka ada di sekitar kita dan kita pun “bergaul” akrab dengan mereka.
Asalnya polusi
Freon, misalnya. Senyawa yang bernama lain Chloro Flouro Carbon (CFC) dikembangkan antara tahun 1928 dan 1930 oleh dunia industri. Biasanya, digunakan sebagai zat pendingin untuk AC dan lemari es, dan untuk produk hair spray. Penggunaan freon menimbulkan masalah cukup serius, sebab, freon dapat membuka lapisan ozon di atmosfer hingga lubang di lapisan penyaring ultraviolet. Dengan kata lain, sinar ultraviolet langsung menuju bumi dan tanpa basa-basi mengenai manusia. Akibatnya, manusia rawan terkena kanker kulit.
Hal ini mengakibatkan gas rumah kaca sehingga suhu bumi naik dan membuat lapisan es bumi meleleh. Para ahli memperkirakan bahwa beberapa bagian daratan bumi akan tenggelam seiring dengan meningkatnya permukaan air laut akibat gletser yang mencair. Perubahan temperatur tidak dapat dihindarkan. Hal ini menyebabkan perubahan cuaca dan gejala alam yang sulit diramalkan. Dalam bidang pertanian, pola panen jadi berubah-ubah. Jika kita renungkan, semua gejala itu sudah kita rasakan sekarang. Contohnya banjir yang sering melanda kota kita.
Lalu, karbon monoksida (CO) antara lain disumbangkan oleh perokok serta asap knalpot kendaraan kita. Sebenarnya, pencemaran udara CO.
Sebagian racun di udara disebabkan oleh manusia, yaitu dari pabrik dan kendaraan bermotor. Kedua sumber tersebut mencemari udara dengan karbon (C), hidrokarbon (HCI), belerang (S), dan nitrogen (N) yang dilepaskan sebagai bahan bakar fosil (dari minyak, batu bara, dan gas). Zat dioksin hasil kebakaran hutan, asap rokok, knalpot mobil, dan pembakaran limbah plastik juga turut menyebabkan polusi di jalan.
Namun, sumber polusi utama di jalanan berasal dari alat transportasi. Hal ini karena 60 persen polutan (zat penyebab polusi) dihasilkan karbon monoksida.
Hampir semua segi kehidupan memerlukan udara bersih dalam jumlah yang sangat besar. Udara yang terkontaminasi akan menyebabkan berjuta-juta orang menderita kerusakan paru-paru. Salah satu peristiwa polusi udara terbesar terjadi di London tahun 1952 yang menewaskan lebih dari 4.000 orang.
Sebagian besar orang yang hidup di kota besar menderita gangguan pernapasan. Hal ini baru disadari setelah gangguan pernapasan tersebut menyebabkan radang tenggorokan dan penyakit paru-paru. Jika orang tua terbiasa menghirup udara berpolutan, kemungkinan darah janinnya pun terkena polusi. Bayi yang lahir dari orang tua yang darahnya tidak sehat akan mengalami gangguan pada perkembangan fisik dan kecerdasan.
Penyebab timbulnya racun CO yang lain adalah AC mobil. AC mobil yang tidak dirawat akan mengotori udara dan dapat membuat kita terkena alergi atau asma.
Jika saluran AC bocor, gas CO yang masuk ke kabin penumpang dapat menyebabkan kita mati lemas tanpa disadari. Gas CO tidak berwarna dan tidak berbau, tetapi sangat beracun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin (Hb). Gejala yang timbul adalah jika kita mulai sakit kepala, lelah, serta sesak napas setelah lama menghirup udara di sekitar tempat tercemar itu.
Sayangnya, penggunaan bahan bakar terus meningkat sehingga jumlah CO2 yang dihasilkan semakin tinggi. Di sisi lain, pepohonan semakin berkurang, karena antara lain digunakan untuk jalur busway di Jakarta sehingga penyerapan CO2 oleh tanaman menurun.
Polusi juga dapat berasal dari timbal atau Pb. Kita mungkin pernah mendengar kasus Minamata di Jepang, orang yang tercemar logam berat dan menderita cacat serta sistem sarafnya terganggu. Dari mana asalnya logam berat ini? Timbal berasal dari asap kendaraan bermotor yang bahan bakarnya mengandung tetra ethyl lead (TEL). Sementara TEL, biasanya terdapat pada bensin. Sumber pencemar logam Pb lainnya adalah baterai, cat, industri penyepuhan, dan pestisida.
Anak yang sedang tumbuh dan terlalu sering menghirupPbdarigasbuangankendaraan, kecerdasannya akan menurun, pertumbuhan terhambat, bahkan dapat menimbulkan kelumpuhan. Gejala keracunan Pb lainnya adalah mual, anemia, dan sakit perut. Oleh karena itu, jangan suka sembarangan menyantap lalap. Dari hasil penelitian, sayuran yang dijual atau ditanam di pinggir jalan raya dapat mengandung timbal di atas ambang batas yang diizinkan.
Selanjutnya, racun merkuri (Hg) juga sangat membahayakan. Penambangan emas merupakan sumber pencemaran merkuri yang serius, karena menyebarkan merkuri ke udara, air, dan tanah sebanyak 400 hingga 500 ton per tahun. Merkuri, yang digunakan dalam penambangan emas dan perak untuk memisahkan logam berharga tersebut dari batu-batuan dan tanah, sering mengganggu kesehatan penambang maupun keluarganya dan juga mencemari lingkungan. Ketika berada di atmosfer, logam berat berbahaya ini dapat menjangkau wilayah yang jauhnya ribuan kilometer. Sungai di sekitar penambanganpun turut tercemar sehingga ibu hamil yang memakan ikan yang telah terkontaminasi merkuri dapat melahirkan anak dengan otak cacat.
Racun merkuri juga dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batu bara serta mesin pembakar sampah. Merkuri pun terdapat dalam zat pemutih kulit yang kita pakai. Memang zat itu dapat menyebabkan kulit tampak putih mulus, tetapi lamakelamaan akan mengendap di bawah kulit. Setelah bertahun-tahun, kulit akan berwarna biru kehitaman, bahkan dapat memicu timbulnya kanker.
Sumber: Kompas, Juni 2004 (dengan perubahan dari buku sekolah)
2 Tanggapan